Kau Hampir Memberikannya

Aku merekam sesuatu...
Sesuatu yang sejujurnya, aku harap aku tidak pernah lihat.
Sesuatu yang sampai sekarang masih berputar di kepalaku,
seperti film pendek yang tidak aku pilih untuk saksikan,
tapi terpaksa aku tonton sampai selesai.

Aku melihat caramu bersikap padanya.
Dan aku tidak marah. Tidak perlu.
Karena pada akhirnya,
yang pandai menyembunyikan sesuatu biasanya juga pandai menyusun alasan.
Ternyata, murah juga ya—sikap spesial mu itu.

Kau menyebutnya biasa saja,
padahal dari caramu menatap,
dari cara kau menjaganya tetap nyaman,
dari caramu rela bersikap manis lebih dari biasanya...
semua itu tak lagi terasa biasa,
terlihat begitu tulus—lebih dari yang biasa aku dapatkan.

Tapi sungguh, aku mengerti.
Kau memang tipe yang hangat.
Sayangnya, kehangatan yang tidak tahu batas
sering kali justru membakar rumah yang seharusnya kau jaga.

Aku diam.
Seperti yang selalu kau harapkan dariku.
Agar aku terlihat dewasa,
tidak mudah cemburu,
dan bisa mengerti tanpa harus kamu jelaskan apa pun.

Aku diam, 
bukan karena tidak merasa, 
melainkan karena ingin tahu
sampai sejauh apa kau bisa berpura-pura bahwa ini tak bermasalah.

Lucu, ya?
Kau ingin aku percaya,
tapi tak memberiku alasan yang cukup untuk bertahan tenang.

Kau minta aku memahami, 
tapi sibuk membuatku merasa kalah bersaing dengan seseorang yang katanya cuma 'teman'.

Aku hanya mencatat.
Bukan menghakimi.
Karena tak semua luka harus langsung dipertanyakan,
beberapa cukup disimpan,
sampai tiba waktunya untuk tidak lagi memeluk yang sudah tak pantas dipertahankan.

Tapi tak apa,
aku mulai terbiasa mengobati luka yang tak pernah dimintai maaf.
Kau boleh terus tertawa dengannya.
Senyummu akan tetap kuamati.

Aku akan tetap di sini,
duduk manis, tersenyum sopan,
berlagak baik-baik saja.
Tapi jangan heran jika suatu hari nanti,
aku pergi tanpa bertanya, tanpa memberi isyarat.
Sebab yang diam, bukan berarti tak bisa meninggalkan.
Hanya sedang menunggu alasan yang cukup,
dan kau hampir berhasil memberikannya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Heaven has a new angel

Dunia Terlalu Berisik

Masih Terikat